Alkisah, Seorang pria juara lompat gawang yang memperoleh
banyak medali pada saat masih di Universitas. Sangat jarang ada yang
bisa mengalahkannya. Dia menjadi lambang keanggunan, kegesitan, dan cara
mengatur kaki secara cepat. Dia mempunyai banyak teman yang
mengaguminya karena kecakapan atletisnya, dan seorang bos telah
memberinya sebuah pekerjaan sebagai seorang salesman pada
perusahaan asuransinya. Tahun-tahun berlalu. Ia menikah dan sekarang
mempunyai anak laki-laki berusia 5 tahun. Namun ia, entah mengapa, tidak
pernah mengalami kemajuan dalam bidangnya sebagai seorang salesman.
Ia menyenangkan, mudah berteman, tetapi hanya dapat menjual
sejumlah kecil asuransi selama setahun. Tampaknya ia tidak mempunyai
keberanian, pertahanan, atau hasrat yang lebih besar untuk meraih
“kesempurnaan” seperti yang pernah ia capai saat lomba lompat gawang.
Ketakutan bahwa ia tidak akan menjadi salesman yang sempurna
menguasai dirinya, mengubah citra dirinya. Ia menjadi mudah frustasi
ketika ditolak oleh pelanggannya. Ia lupa bahwa ia telah mengatasi
kesalahan-kesalahan dalam gawang rintangan dengan berlatih di ketekunan
saat dia di Universitas.
Minggu, 20 Maret 2011
Melompati Rintangan-Rintangan Anda
Suatu hari pada saat reuni kelas di
Universitas, ia bertemu dengan teman sekelasnya dulu. Mereka
menghabiskan banyak waktu bersama di halaman. Beberapa mahasiswa sedang
berlatih melompati gawang-gawang rintangan. Teman-temannya membujuk dia
untuk memperlihatkan sisa kehebatannya dulu. Ia minum satu
dua teguk air dari gelasnya, membawa sepaang sepatu karet dan buru-buru
melompati gawang-gawang rintangan sambil mengingat betapa hebatnya ia
dulu. Ia tergelincir dan kakinya keseleo. Selama 1 bulan ia digips dan
hal tersebut membuatnya berpikir, dan berintrospeksi diri.
Ia mengingat-ingat kembali bahwa ia dulu
menjadi juara karena latihan yang terus menerus, dengan mengatasi
kegagalan-kegagalan. Sekarang ia sadar dirinya telah tua untuk lomba
lompat gawang. Namun ia ingat ketika masih mahasiswa ia memiliki percaya
diri dan tahu betul kemampuannya. Ia juga ingat keberanian, harga diri,
penerimaan dirinya. Ia ingat bahwa ia punya “panduan batin” (sense of direction)
yang jelas ketika melompati gawang-gawang rintanan menuju cita-cita.
Tiba-tiba ia sadar bahwa tidak ada alasan di bumi ini yang membuatnya
tak bisa lagi menjadi seorang juara salesman. Mengapa ia tidak
melompati rintangan-rintangan dalam pekerjaannya, mengapa ia tidak dapat
berbuat lebih baik ? Ia tahu bahwa ketakutan dan rasa kurang percaya
diri mengalahkannya dari menjadi seorang juara.
Ketika ia sudah lebih baik, ia mendekati
penjualan asuransi dengan pengertian yang sama, kegigihan yang sama
sebagaimana ia pernah terapkan ketika lompat gawang rintangan. Ia
mencari akal bagaimana mendekati pelanggan dan mengatasi
hambatan-hambatan yang mungkin. Dalam waktu kurang dari 1 tahun ia
menjadi salesman top-flight, menambah jumlah pendapatannya dan ia juga hidup sangat bahagia.
Pesan :
Kita juga dapat melompati rintangan-rintangan
ketegangan dan stress dengan mencegah kegagalan-kegagalan masa lalu
yang menghambat kita. Kita harus mendekati cita-cita kita sekarang
dengan kepercayaan, dengan keyakinan pada diri sendiri, sehingga kita
dapat bangkit mengatasi kegagalan-kegagalan, ketahuilah kita dapat
mengatasi problem hidup. Terutama saat-saat seperti sekarang dimaan kita
mengalami krisis global, terjadi banyak pengurangan karyawan, likuidasi
dan merger perusahaan, yang akan banyak berdampak pada perekonomian
kita. Tetaplah optimis dan percayalah bahwa : “Di setiap krisis pasti
ada peluang yang lebih besar”
Semoga bermanfaat, dan Salam Hebat Luar Biasa ! -Rudy Lim
http://www.rudylim.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar